Catatan Leluhur di Kuala Lumpur

Naskah Tambo Darah di Lembah Klang mendokumentasikan pertalian darah yang memberi petunjuk tentang identitas komunitas lokal. Naskah-naskah lain dari pusat Negeri Jiran ini meliputi pengetahuan agama, susastra, hingga ihwal senjata.

Chairullah
11 Desember 2024

Tatkala Raja Abdullah pada 1800-an membuka Kuala Lumpur sebagai pusat Malaysia, Lembah Klang mendapatkan perhatian tersendiri. Pelabuhan dan jalur kereta api dibangun di daerah penghasil utama bijih timah itu. Berada di tengah antara Selangor dan Kuala Lumpur, Lembah Klang tumbuh menjadi tempat penting bagi interaksi perdagangan maupun kebudayaan antarbangsa.

Penyebaran literatur Melayu bersimpangan di kota ini. Jejak sejarah dan memori tentang peradaban Melayu tercatat dalam naskah-naskah kuno yang ditemukan di Lembah Klang, termasuk yang berasal dari Borneo. Artikel “The Identification of Borneo Malay Manuscripts in Kuala Lumpur, Malaysia: A Preliminary Study” di Jurnal Lektur Keagamaan (Vol. 21, No.1, hal. 1-22) mengungkapkan terdapat 155 naskah Borneo yang kini disimpan di Perpustakaan Negara Malaysia serta Dewan Bahasa dan Pustaka.

Naskah itu terdiri dari 8 genre dan 21 sub-genre. Sebagian besar isinya tentang ajaran Islam, panduan hidup sesuai syariah, hikayat tentang sejarah, dan syair bermuatan nilai moral. Beberapa naskah yang memuat hukum adat dan sistem sosial di wilayah Melayu memberikan wawasan tentang struktur sosial dan politik pada masa lalu. Secara umum naskah-naskah Lembah Klang meliputi tiga kategori besar, yaitu:

  • Teks Keagamaan: Seperti di banyak wilayah lain di Nusantara, Islam memainkan peran sentral dalam kehidupan masyarakat. Banyak naskah dari Lembah Klang yang berisi panduan ibadah, tafsir Al-Qur'an, dan teks-teks yang mengajarkan prinsip-prinsip hidup menurut ajaran Islam.
  • Hukum Adat: Beberapa naskah memuat hukum adat yang mengatur kehidupan sosial masyarakat Melayu. Ini termasuk panduan tentang penyelesaian sengketa, peran pemimpin, dan aturan kehidupan berkeluarga.
  • Sastra Melayu: Teks seperti hikayat dan syair, yang menceritakan legenda atau cerita rakyat, juga ditemukan dalam koleksi naskah. Salah satu genre yang menonjol adalah syair-syair yang menceritakan kisah sejarah, perjalanan pahlawan, atau tokoh legendaris.
  • Seiring usia, naskah-naskah itu mengalami kerusakan fisik. Lembaga pemerintah seperti Perpustakaan Negara Malaysia lekas-lekas bertindak dengan mengupayakan digitalisasi melalui kerja sama dengan lembaga independen di dalam maupun luar negeri. Pelestarian naskah kuno melalui digitalisasi bukan hanya menyelamatkan artefak fisik, tetapi juga melestarikan isinya. Dengan akses yang lebih luas melalui digitalisasi, generasi masa kini dapat mempelajari kembali pengetahuan kuno yang mungkin dapat memberikan solusi atau wawasan baru dalam berbagai bidang sehingga memiliki perspektif lebih luas dalam menghadapi tantangan zaman. Naskah-naskah ini juga berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya dan pengetahuan.

    DREAMSEA menjalankan misi di Kuala Lumpur pada 2018 dengan melakukan konservasi terhadap 30 kotak naskah milik Ustadz Khairuddin. Pemilik naskah memberikan keleluasaan untuk mengakses koleksinya. Ia bahkan menjelaskan secara detail tentang kondisi setiap naskah, misalnya bagian yang robek dan lapuk.

    “Keterbukaan dan keterangan pemilik naskah penting untuk menentukan perlakuan digitalisasi. Naskah yang didigitalkan dipilih berdasarkan urgensinya,” kata Pramono, akademisi yang menyertai tim misi.

    Salah satu naskah yang menarik perhatian adalah Naskah Tambo Darah. Naskah ini disimpan dalam botol khusus dan mengandung teks sejarah, terutama terkait dengan silsilah dan asal-usul suatu komunitas atau kerajaan. Tambo dalam konteks tradisional adalah catatan sejarah atau genealogi yang menjelaskan hubungan darah antar individu atau keluarga besar dalam masyarakat.

    Naskah ini berfungsi sebagai arsip sejarah lokal yang berguna bagi peneliti yang ingin menelusuri asal-usul masyarakat atau kelompok etnis tertentu. Selain memberikan gambaran tentang struktur sosial dan politik masa lalu, Tambo juga mengungkap nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ini penting bagi penelitian sejarah tentang identitas lokal, termasuk bagaimana masyarakat setempat memandang hubungan darah dan keturunan sebagai faktor penting dalam kehidupan mereka. Bagi masyarakat yang sedang mencari akar budaya atau asal-usul leluhurnya, naskah semacam ini bisa menjadi titik awal yang penting untuk memahami jati diri dan warisan budaya.

    Naskah lain yang memantik perhatian adalah catatan-catatan tentang ilmu bedil—pengetahuan tentang senjata api tradisional yang digunakan oleh masyarakat pada masa lampau. Isinya dokumen teknis penggunaan perangkat militer yang terbilang baru di masanya. Naskah ini mengungkapkan bagaimana teknologi dari peradaban lain dimanfaatkan masyarakat Melayu untuk menjalankan strategi perang mereka. Catatan semacam ini terhitung jarang didapati dalam naskah-naskah Nusantara.

    Beberapa naskah yang didigitalisasi juga memiliki iluminasi—hiasan yang memperindah naskah dengan gambar atau ornamen berwarna. Iluminasi ini menunjukkan keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan kesenian di masa lalu. Dalam naskah agama atau pengetahuan, keberadaan iluminasi sering kali menandakan pentingnya teks tersebut serta cara masyarakat dahulu menggabungkan seni dan spiritualitas. Iluminasi tidak sekadar berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga memberikan makna lebih mendalam terhadap teks. Iluminasi dalam naskah agama biasanya memuat simbol-simbol yang membantu pembaca untuk merenungkan makna spiritual dari teks yang dibaca.

    Menurut Pramono, keberadaan iluminasi dalam naskah Melayu menjadi inspirasi bagi pengkaji seni yang dikaitkan dengan agama dan pendidikan. Karya seni dalam naskah menandakan bahwa estetika merupakan bagian integral dari penyampaian ilmu pengetahuan dan pesan moral kepada publik.

    Pada saat misi, peneliti naskah kuno asal Malaysia, Wan Mohd Dasuki, mengunjungi tim. Selain berkontribusi secara signifikan dalam proses pengisian metadata, ia juga memberikan wawasan mendalam tentang konteks dalam teks-teks terkait pertalian darah dan teknologi senjata.

    Misi digitalisasi di Kuala Lumpur telah menghasilkan 16.828 file gambar naskah. “Naskah-naskah tersebut mencakup berbagai tema penting, mulai dari sejarah (tambo) darah, ilmu bedil, agama, hingga ilmu pengetahuan tradisional, yang sangat berharga bagi pemahaman tentang masa lalu,” terang dosen filologi di Universitas Andalas, Padang ini.

    Translate »