15 Manuskrip Pesantren Tebuireng Didigitalisasi, Permudah Akses Masyarakat

NU Online Jombang,
Sebanyak 15 manuskrip koleksi Perpustakaan KH Abdul Wahid Hasyim Tebuireng, Kabupaten Jombang didigitalisasi oleh Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA) Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adib Misbachul Islam, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyampaikan, digitalisasi yang dilakukan oleh DREAMSEA bertujuan untuk melindungi informasi yang ada dalam naskah.

“Hal tersebut merupakan upaya menyelamatkan berbagai informasi yang terkandung dalam naskah, agar tidak dimakan zaman,” ungkapnya saat menjadi pembicara pada Webinar Nasional Khazanah Manuskrip Tebuireng Jombang, Selasa (24/5/2022).

Ia mengatakan, apabila digitalisasi tidak segera dilakukan, maka akan berpengaruh pada kondisi naskah, berpotensi rusak.

“Kalau naskah tidak segera didigitalisasikan boleh jadi ketahanannya semakin berkurang jadinya rusak, tidak bisa dibaca, tidak bisa diakses. Otomatis kita kehilangan informasi, rugi kita,” kata dia.

Adib menguraikan, bahwa belasan naskah itu sebagian besar berbahan kertas eropa dan beberapa naskah berbahan deluang serta ragam bahasa.

“Dari bahasa ada yang berbahasa Arab, Jawa, dan Melayu, sedangkan dari sisi aksara, ada Arab, pegon, dan aksara Jawi Melayu. Sementara bidang kajiannya meliputi mushaf Al-Qur’an, tafsir, fiqih, tauhid, tasawuf, ilmu alat, hingga ilmu hikmah,” terangnya. 

Lebih lanjut ia menjelaskan, tujuan digitalisasi di Pesantren Tebuireng ini sebagai bentuk keterbukaan baik akses pembaca atau penelitian. “Kalau nanti sudah selesai didigitalisasi, kemudian di-online-kan siapapun bisa membacanya dan siapapun bisa melakukan penelitian,” jelasnya.

Menurutnya, selain penggunaan naskah digital sebagai sumber penelitian. Hasil digitalisasi menguntungkan bagi peneliti, baik dari segi waktu, biaya dan tenaga dalam penelitian. 

“Dulu ketika saya S2 dan S3 berapa melelahkan mencari manuskrip, cari naskah untuk diteliti. Saya harus blusukan ke Jawa Tengah mulai dari Bratang, Kendal, Pekalongan dan Wonosobo, jauh-jauh dari Jakarta saat kita tanya tidak ada barangnya sedangkan waktu, biaya dan tenaga habis untuk penelitian hasilnya pun tanda tanya. Tetapi kalau naskah seperti yang ada di Tebuireng ini digitalisasi dan dibuka secara online, kita tinggal duduk manis di depan laptop,” tuturnya. 

Terakhir ia mengungkapkan, keragaman kandungan koleksi di pesantren Tebuireng Tebuireng menunjukkan apresiasi pesantren terhadap keragaman. 

“Hasil digitalisasi naskah, dengan demikian merupakan ikhtiar Pesantren Tebuireng dalam merawat keragaman,” tutup pria yang juga mantan Sekretaris Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) itu.

Sumber: https://jombang.nu.or.id/daerah/15-manuskrip-pesantren-tebuireng-didigitalisasi-permudah-akses-masyarakat-SEzbA 

Translate »